PENGGUNAAN ALAT PERAGA UNTUK MENENTUKAN
HUBUNGAN ANTARA DUA GARIS SERTA BESAR DAN JENIS SUDUT PADA PESERTADIDIK KELAS VII D SMP NEGERI 2 GATAK
KABUPATEN SUKOHARJO SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2006/2007
Penelitian Tindakan Kelas
Disusun
Dalam Rangka:
Usul
Kenaikan Pangkat Dari Golongan IV/a ke IV/ b
Atas
Nama Petrus Chanel Mulyono, SP.d
NIP:
131577175
SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 GATAK
KABUPATEN
SUKOHARJO
2007
198403 1 007
HALAMAN PENGESAHAN
PenelitiNama : Petrus Chanel Mulyono, SP.dNIP : 131577175Golongan : IV/ aUnit Kerja : SMP Negeri 2 GatakLokasi Penelitian : SMP Negeri 2 GatakLama Penelitian : 3 Bulan
|
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan
bahwa karya ilmiah dengan judul: “PENGGUNAAN ALAT PERAGA UNTUK MENENTUKAN
HUBUNGAN ANTARA DUA GARIS SERTA BESAR DAN JENIS SUDUT PADA PESERTA DIDIK KELAS
VII D SMP NEGERI 2 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2006/2007”
adalah hasil karya saya. Pada karya ilmiah ini tidak terdapat keseluruhan atau
sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru
dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau
pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui sebagai tulisan saya
sendiri, dan atau keseluruhan tulisan yang saya salin atau saya ambil dari
tulisan orang lain tanpa menyebutkan penulis dari sumber aslinya. Semua isi
dari karya ilmiah ini menjadi tanggung jawab Saya sebagai Penulis.
Sukoharjo , 30 Maret 2007
Petrus Chanel Mulyono,SPd.
KATA
PENGANTAR
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa
sehingga laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “PENGGUNAAN ALAT
PERAGA UNTUK MENENTUKAN HUBUNGAN ANTARA DUA GARIS SERTA BESAR DAN JENIS SUDUT
PADA PESERTA DIDIK KELAS VII D SMP NEGERI 2 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO SEMESTER
II TAHUN PELAJARAN 2006/2007”dapat terselesaikan dengan baik.
Terselesaikannya penulisan laporan ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs.Suwarto selaku kepala SMP Negeri
2 Gatak Sukoharjo yang telah memberikan motivasi dan dukungan .
2. Seluruh staf guru dan karyawan yang telah
membantu penulis.
3. Semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Semoga laporan Penelitian Tindakan Kelas
ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan guru-guru pada khususnya.
Sukoharjo , 30 Maret 2007
Petrus Chanel Mulyono,SPd.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH....................................... iii
KATA PENGANTAR
................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 4
C. Pembatasan Masalah................................................................ 5
D. Rumusan Masalah ................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
F. Manfaat penelitian .................................................................. 6
BAB II KAJIAN
TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS.................. 7
A. Kajian Teori............................................................................. 7
1. Pembelajaran Matematika ................................................. 7
2. Alat Peraga Pendidikan .................................................... 10
3. Motivasi Belajar ............................................................... 12
4. Garis dan Sudut................................................................. 25
B. Kerangka Pemikiran................................................................ 29
C. Hipotesis Penelitian ............................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 31
A.
Setting Penelitian ..................................................................... 31
B. Subjek Penelitian ..................................................................... 33
C. Sumber Data ............................................................................ 33
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data........................................ 35
E
Analisis Data............................................................................. 36
F.
Validitas Data ......................................................................... 37
G.
Indikator Kinerja..................................................................... 38
H. Prosedur Penelitian .................................................................. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................... 44
A. Deskripsi Kondisi Awal......................................................... 44
B. Deskripsi Siklus I.................................................................... 45
C. Deskripsi Siklus II.................................................................. 48
D. Deskripsi Tiap Siklus dan Antar Siklus.................................. 51
BAB V PENUTUP
.................................................................................... 53
A. Simpulan................................................................................. 53
B. Implikasi................................................................................. 54
C. Saran....................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 55
LAMPIRAN.................................................................................................. 57
DAFTAR
TABEL
Tabel 3.1. Alokasi
Waktu Penelitian.......................................................... 36
Tabel 3.2. Indikator Keberhasilan Penelitian............................................... 43
Tabel 4.1. Hasil Penilaian Kondisi Awal..................................................... 48
Tabel 4.2. Hasil Penilaian Siklus I............................................................... 51
Tabel 4.3. Hasil Penilaian Siklus II.............................................................. 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Contoh gambaran relief bentuk muka bumi dalam
bentuk tiga dimensi dibuat dari peta kontur................................................................................................... 20
Gambar 2.2. Simbol waduk dan rawa............................................................ 23
Gambar 2.3. Penggambaran sungai di peta
umum, topografi dan kontur...... 23
Gambar 2.4. Peta Pulau Bali........................................................................... 26
Gambar 2.5. Keterjalan Lereng pada Peta
Kontur......................................... 29
Gambar 2.6.Gambar Kontur yang Sejajar pada
Kemiringan Lereng Seragam 29
Gambar 2.7.Gambar Kontur yang Sejajar pada
Kemiringan Lereng Cekung 29
Gambar 2.8.Gambar Kontur yang Sejajar pada
Kemiringan Lereng Cekung 29
Gambar 2.9.Bentuk
Bukit Berdasarkan Bentuk Kontur.............................. 31
Gambar 2.10. Contoh Penggambaran Cekungan Berupa
Kaldera Pada Gunung Api 32
Gambar 2.11. Kerangka Pemikiran Penelitian................................................ 33
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Pendidikan pada
hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna
dan mandiri. Selain itu pula pendidikan sangat penting dalam
pembangunan maka tidak salah jika pemerintah senantiasa mengusahakan
untuk meningkatkan mutu pendidikan baik dari tingkat yang paling
rendah maupun sampai ketingkat perguruan tinggi. Bentuk perhatian pemerintah terhadap dunia pendidikan diwujudkan dalam bentuk perbaikan kurikulum dari tahun ke tahun hingga mulai tahun 2006 muncul KTSP atau Kurikulum 2006 yang merupakan penyempurnaan dari KBK. Dalam KTSP ada beberapa mata pelajaran yang wajib diberikan pada peserta didik salah satunya adalah mata pelajaran matematika.
setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna
dan mandiri. Selain itu pula pendidikan sangat penting dalam
pembangunan maka tidak salah jika pemerintah senantiasa mengusahakan
untuk meningkatkan mutu pendidikan baik dari tingkat yang paling
rendah maupun sampai ketingkat perguruan tinggi. Bentuk perhatian pemerintah terhadap dunia pendidikan diwujudkan dalam bentuk perbaikan kurikulum dari tahun ke tahun hingga mulai tahun 2006 muncul KTSP atau Kurikulum 2006 yang merupakan penyempurnaan dari KBK. Dalam KTSP ada beberapa mata pelajaran yang wajib diberikan pada peserta didik salah satunya adalah mata pelajaran matematika.
Mata
pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran
yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dan merupakan
bagian integral dari pendidikan nasional dan tidak kalah
pentingnya bila dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lain. Matematika
juga merupakan ilmu dasar atau “basic science”, yang penerapannya sangat dibutuhkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam pembelajaran matematika banyak hal atau faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik dan hal-hal yang sering menghambat untuk tercapainya tujuan belajar. Karena pada dasarnya setiap anak tidak sama cara belajarnya, demikian pula dalam memahami konsep-konsep abstrak. Melalui tingkat belajar yang berbeda antara satu dengan yang lainnya maka pendidik yang baik adalah pendidik yang mampu mengajar dengan baik, khususnya ada saat menanamkan konsep baru. Salah satu metode pembelajaran yang diharapkan mampu memberikan bantuan pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik adalah dengan menerapkan sistem pembelajaran yang menggunakan alat peraga khususnya pada bidang studi matematika. Media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga peserta didik tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.
yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dan merupakan
bagian integral dari pendidikan nasional dan tidak kalah
pentingnya bila dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lain. Matematika
juga merupakan ilmu dasar atau “basic science”, yang penerapannya sangat dibutuhkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam pembelajaran matematika banyak hal atau faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik dan hal-hal yang sering menghambat untuk tercapainya tujuan belajar. Karena pada dasarnya setiap anak tidak sama cara belajarnya, demikian pula dalam memahami konsep-konsep abstrak. Melalui tingkat belajar yang berbeda antara satu dengan yang lainnya maka pendidik yang baik adalah pendidik yang mampu mengajar dengan baik, khususnya ada saat menanamkan konsep baru. Salah satu metode pembelajaran yang diharapkan mampu memberikan bantuan pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik adalah dengan menerapkan sistem pembelajaran yang menggunakan alat peraga khususnya pada bidang studi matematika. Media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga peserta didik tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.
Penerapan
alat peraga pendidikan dalam bidang studi matematika didasari kenyataan bahwa
pada bidang studi matematika terdapat banyak pokok bahasan yang memerlukan alat
bantu untuk menjabarkannya, diantaranya pada materi menentukan hubungan antara
dua garis serta besar dan jenis sudut. Oleh sebab itu, pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga dalam pokok bahasan tersebut dianggap sangat tepat
untuk membantu mempermudah peserta didik memahami materinya. Disisi lain
suasana belajar akan lebih hidup, dan komunikasi antara pendidik dan peserta
didik dapat terjalin dengan baik. Hal ini diduga pula dapat membantu peserta
didik dalam upaya meningkatkan prestasi belajarnya pada bidang studi
matematika.
Kenyataan yang ada
pada kelas VII D di SMP Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo semester II tahun
pelajaran 2006/2007, penggunaan alat peraga di sekolah belum membudaya, dalam
arti tidak semua pendidik matematika menggunakan alat peraga dalam mengajar dan
hanya menggunakan buku paket sebagai pegangan dalam mengajar. Hal ini disebabkan
belum timbul kesadaran akan pentingnya penggunaan alat peraga serta pengaruhnya
dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik menganggap bahwa penggunaan buku paket
lebih sederhana dan tidak memerlukan persiapan yang banyak, hal itu berbeda
jika pendidik akan mempergunakan alat peraga maka banyak hal yang harus
dipersiapkan pendidik. Akan tetapi berbeda dengan pendapat peserta didik bahwa
akan lebih tertarik dalam belajar jika ada media pembelajaran yang berupa alat
peraga, selain itu dalam belajar juga akan lebih mudah dipahami.
Berdasarkan hasil
observasi di SMP Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo diketahui bahwa alat peraga
pendidikan sebagian sudah tersedia akan tetapi tidak semua pendidik menggunakannya.
Berkenaan hal tersebut maka penelitian ini merupakan suatu upaya untuk menguji efektivitas
pengajaran dengan Penggunaan Alat Peraga Dari Bahan Kertas Kuarto Yang Dibuat
Dengan Berbagai Macam Bentuk Segitiga Untuk Menentukan Hubungan Antara Dua
Garis Serta Besar Dan Jenis Sudut Pada Peserta Didik Kelas VII D SMP Negeri 2
Gatak Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2006/2007.
B.
Identifikasi Masalah
Kenyataan yang ada pada kelas VII D di SMP Negeri 2 Gatak
kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2006/2007 bahwa penggunaan alat
peraga di sekolah belum membudaya, dalam arti tidak semua pendidik matematika
menggunakan alat peraga dalam mengajar dan hanya menggunakan buku paket sebagai
pegangan dalam mengajar. Hal ini disebabkan belum timbul kesadaran akan
pentingnya penggunaan alat peraga serta pengaruhnya dalam kegiatan
pembelajaran. Pendidik menganggap bahwa penggunaan buku paket lebih sederhana
dan tidak memerlukan persiapan yang banyak, hal itu berbeda jika pendidik akan
mempergunakan alat peraga maka banyak hal yang harus dipersiapkan pendidik. Berdasarkan uraian tersebut maka masalah dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1.
Media pembelajaran yang
kurang menarik mengakibatkan minat peserta didik rendah dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran matematika, sehingga hasil belajar yang diperoleh juga
rendah.
2.
Dalam kegiatan pembelajaran
secara umum pendidik hanya menggunakan buku pelajaran saja, sehingga peserta
didik malas dan jenuh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
3.
Penggunaan alat peraga
dalam pembelajaran mempermudah peserta didik dalam belajar untuk memahami
materi pelajaran matematika.
C.
Pembatasan Masalah
Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada:
1.
Penggunaan alat peraga terbuat
dari kertas karton yang dibentuk dengan berbagai macam bentuk segitiga untuk
menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut.
2.
Peserta didik kelas VII
D SMP Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2006/2007
sebanyak 40 peserta didik.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana
peningkatan prestasi belajar peserta didik sesudah pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga terbuat dari kertas karton yang
dibentuk dengan berbagai macam bentuk segitiga pada peserta didik kelas VII D SMP
Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2006/2007?
2.
Bagaimana
peningkatan motivasi belajar peserta didik sesudah pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga terbuat dari
kertas karton yang dibentuk dengan berbagai macam bentuk segitiga pada peserta didik kelas VII D SMP
Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2006/2007?
E.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yang
telah ditetapkan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar peserta didik sesudah pembelajaran
matematika dengan menggunakan alat peraga terbuat dari kertas karton yang
dibentuk dengan berbagai macam bentuk segitiga pada peserta didik kelas VII D SMP
Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2006/2007.
2. Untuk
mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar peserta didik sesudah pembelajaran
matematika dengan menggunakan alat peraga terbuat dari kertas karton yang
dibentuk dengan berbagai macam bentuk segitiga pada peserta didik kelas VII D SMP
Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2006/2007.
F.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai
bahan informasi bagi pendidik matematika di SMP pada umumnya dan khususnya pendidik
matematika di SMP Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo tentang penggunaan alat
peraga pada pengajaran matematika di SMP.
2.
Sebagai
bahan masukan bagi SMP Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo agar mengupayakan
penyediaan alat peraga untuk membantu peserta didik dalam belajar.
3.
Sebagai
bahan informasi bagi peneliti lain yang akan meneliti
hal-hal yang relevan dengan penelitian ini.
hal-hal yang relevan dengan penelitian ini.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.
Kajian
Teori
1.
Pembelajaran
Matematika
Matematika adalah ilmu
pengetahuan struktur dan hubungan-hubungannya, simbol-simbol diperlukan,
matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang tersusun secara hirarkis dan
penalarannya deduktif (Hudoyo,1988: 3). Menurut Nasution dalam
(Sugiarto, 1990: 8), bahwa matematika dapat dipandang sebagai suatu ide yang
dihasilkan oleh ahli-ahli matematika dan objek penalarannya dapat berupa
benda-benda atau
makhluk, atau dapat dibayangkan dalam alam pikiran kita.
Pengertian lain yang dikemukakan oleh Sutrisman dan Tambuan (1987:
2-3) bahwa matematika adalah pengetahuan tentang kuantitas ruang,
salah satu dari sekian banyak cabang ilmu yang sistematis,
terstruktur dan eksak. Berdasarkan uraian-uraian di atas tentang pengertian matematika dapat disimpulkan bahwa matematika adalah merupakan kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak, dengan struktur-struktur deduktif, mempunyai peran yang penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
makhluk, atau dapat dibayangkan dalam alam pikiran kita.
Pengertian lain yang dikemukakan oleh Sutrisman dan Tambuan (1987:
2-3) bahwa matematika adalah pengetahuan tentang kuantitas ruang,
salah satu dari sekian banyak cabang ilmu yang sistematis,
terstruktur dan eksak. Berdasarkan uraian-uraian di atas tentang pengertian matematika dapat disimpulkan bahwa matematika adalah merupakan kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak, dengan struktur-struktur deduktif, mempunyai peran yang penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi
belajar secara berbeda, namun pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama, seperti
yang dinyatakan oleh Hamalik (1993 : 40) mengemukakan bahwa belajar adalah
suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri
peserta didikyang nyata serta latihan yang kontinu, perubahan dari tidak
tahu menjadi tahu. Selanjutnya Anwar (1990 : 98) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan dari setiap tingkah laku yang merupakan
pendewasaaan/pematangan atau yang disebabkan oleh suatu kondisi dari
organisme. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses individu peserta didik dalam interaksinya dengan lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya proses tingkah laku
sebagai akibat dari pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan
tersebut. Dalam proses belajar mengajar matematika, seorang peserta didik tidak dapat mengetahui jenjang yang lebih tinggi tanpa melalui dasar atau hal-hal yang merupakan prasyarat dalam kelanjutan program pengajaran
selanjutnya. Untuk mempelajari matematika dituntut kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran, kesiapan yang dimaksud adalah kematangan intelektual dan pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh anak, sehingga hasil belajar lebih bermakna bagi peserta didik.
peserta didikyang nyata serta latihan yang kontinu, perubahan dari tidak
tahu menjadi tahu. Selanjutnya Anwar (1990 : 98) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan dari setiap tingkah laku yang merupakan
pendewasaaan/pematangan atau yang disebabkan oleh suatu kondisi dari
organisme. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses individu peserta didik dalam interaksinya dengan lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya proses tingkah laku
sebagai akibat dari pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan
tersebut. Dalam proses belajar mengajar matematika, seorang peserta didik tidak dapat mengetahui jenjang yang lebih tinggi tanpa melalui dasar atau hal-hal yang merupakan prasyarat dalam kelanjutan program pengajaran
selanjutnya. Untuk mempelajari matematika dituntut kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran, kesiapan yang dimaksud adalah kematangan intelektual dan pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh anak, sehingga hasil belajar lebih bermakna bagi peserta didik.
Hudoyo (1988 : 4) berpendapat bahwa “belajar matematika
yang
terputus-putus akan mengganggu proses belajar“. Pendapat
serupa dikemukakan Russeffendi (1988 : 25) bahwa belajar matematika
bagi seorang anak merupakan proses yang kontinyu sehingga diperlukan
pengetahuan dan pengertian dasar matematika yang baik pada permukaan
belajar untuk belajar selanjutnya. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses belajar matematika haruslah diawali dengan mempelajari konsep-konsep yang lebih mendalam dengan menggunakan konsep-konsep sebelumnya atau dengan kata lain bahwa proses belajar matematika adalah suatu rangkaian kegiatan belajar mengajar dalam interaksi hubungan timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang berlangsung dalam lingkungan yang ada disekitarnya untuk mencapai tujuan tertentu.
terputus-putus akan mengganggu proses belajar“. Pendapat
serupa dikemukakan Russeffendi (1988 : 25) bahwa belajar matematika
bagi seorang anak merupakan proses yang kontinyu sehingga diperlukan
pengetahuan dan pengertian dasar matematika yang baik pada permukaan
belajar untuk belajar selanjutnya. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses belajar matematika haruslah diawali dengan mempelajari konsep-konsep yang lebih mendalam dengan menggunakan konsep-konsep sebelumnya atau dengan kata lain bahwa proses belajar matematika adalah suatu rangkaian kegiatan belajar mengajar dalam interaksi hubungan timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang berlangsung dalam lingkungan yang ada disekitarnya untuk mencapai tujuan tertentu.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan pendidik yang berlangsung dalam situasi
edukatif dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam proses mengajar matematika terdapat
adanya suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan antara pendidik yang mengajar
dan peserta didik yang belajar. Seperti diungkapkan Usman (1995 : 5) bahwa
proses mengajar dikatakan sukses apabila anak-anak dapat mengemukakan apa yang
dipelajarinya dengan bebas serta penuh kepercayaan berbagai situasi dalam
hidupnya.
Nasution (2003 : 54) berpendapat bahwa proses mengajar adalah suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
proses mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasikan lingkungan
dalam lingkungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran sehingga
menimbulkan terjadinya proses belajar yang menyenangkan pada diri
peserta didik, jadi yang akan menentukan keberhasilan suatu pross mengajar adalah pengajar itu sendiri.
Nasution (2003 : 54) berpendapat bahwa proses mengajar adalah suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
proses mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasikan lingkungan
dalam lingkungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran sehingga
menimbulkan terjadinya proses belajar yang menyenangkan pada diri
peserta didik, jadi yang akan menentukan keberhasilan suatu pross mengajar adalah pengajar itu sendiri.
2.
Alat
Peraga Pendidikan
Menurut Nasution (2003: 100) “alat peraga adalah alat
pembantu dalam mengajar agar efektif”. Pendapat lain dari pengertian
alat peraga atau Audio-Visual Aids (AVA) adalah media yang
pengajarannya berhubungan dengan indera pendengaran (Suhardi, 1978:
11). Sejalan dengan itu Sumadi (1972: 4) mengemukakan bahwa alat
peraga atau AVA adalah alat untuk memberikan pelajaran atau yang
dapat diamati melalui panca indera. Alat peraga merupakan salah satu dari media pendidikan yaitu alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Amir Hamzah (1981: 11) bahwa “media pendidikan adalah alat-alat yang dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif”. Sedangkan yang dimaksud dengan alat peraga menurut Nasution (2003: 95) adalah “alat bantu dalam mengajar lebih efektif”.
alat peraga atau Audio-Visual Aids (AVA) adalah media yang
pengajarannya berhubungan dengan indera pendengaran (Suhardi, 1978:
11). Sejalan dengan itu Sumadi (1972: 4) mengemukakan bahwa alat
peraga atau AVA adalah alat untuk memberikan pelajaran atau yang
dapat diamati melalui panca indera. Alat peraga merupakan salah satu dari media pendidikan yaitu alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Amir Hamzah (1981: 11) bahwa “media pendidikan adalah alat-alat yang dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif”. Sedangkan yang dimaksud dengan alat peraga menurut Nasution (2003: 95) adalah “alat bantu dalam mengajar lebih efektif”.
Berdasarkan uraian-uraian di atas jelaslah bahwa media
atau alat bantu mengajar adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada
diri peserta didik.
Menurut kurikulum (Anonim, 1991: 26) peranan alat peraga
disebutkan sebagai berikut: (a) alat peraga dapat membuat pendidikan lebih efektif
dengan jalan meningkatkan semangat belajar peserta didik, (b) alat peraga
memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, dimana para peserta didik belajar dengan banyak kemungkinan sehingga
belajar berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu, (c) alat
peraga memungkinkan belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan diluar
kelas, (d) alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis
dan teratur.
dan teratur.
Teori lain yang mengatakan bahwa alat peraga dalam
pengajaran dapat bermanfaat sebagai berikut: (a) meletakkan dasar-dasar yang
kuat untuk berpikir sehingga mengurangi verbalisme, (b) dapat memperbesar
perhatian peserta didik, (c) meletakkan dasar-dasar yang penting untuk
perkembangan belajar, sehingga belajar akan lebih mantap (Hamalik, 1997: 40). Dengan
melihat peranan alat peraga dalam pengajaran maka pelajaran matematika
merupakan pelajaran yang paling membutuhkan alat peraga, karena pada pelajaran
ini peserta didik berangkat dari yang abstrak yang akan diterjemahkan kesesuatu
yang konkrit. Menurut Natawidjaja, (1997:25) dalam pembelajaran matematika alat
peraga sangat perlu
karena memiliki nilai praktis antara lain :
a.
Mampu mengatasi keterbatasan perbedaan pengalaman pribadi peserta didik.
b. Mampu mengatasi
keterbatasan ruang kelas.
c. Mampu mengatasi
keterbatasan ukuran benda.
d. Mampu mengatasi
keterbatasan kecepatan gerak benda.
e. Mampu
mempengaruhi motivasi belajar peserta didik.
f. Mampu
mempengaruhi daya abstraksi peserta didik.
g. Memungkinkan
pembelajaran bervariasi.
3.
Motivasi
Belajar
Pengertian motivasi menurut Sardiman A.M
(1996:75) adalah “Serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,
sehingga seorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu”. Sedangkan Purwanto
(1995:73) mengemukakan bahwa “Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar terdorong
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
usaha yang disadari yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku agar tujuan
yang ingin dicapai dapat terpenuhi.
Pengertian motivasi yang dikaitkan
dengan kegiatan belajar menurut Winkel (1996:150) adalah bahwa “Motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dari dalam diri peserta didik yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan”. Motivasi
belajar memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan semangat dalam
belajar, sehingga peserta didik yang memiliki motivasi kuat akan memiliki
semangat pula untuk melakukan kegiatan belajar.
Menurut Sardiman A.M (1996:82), ada
beberapa ciri-ciri seseorang yang memiliki motivasi belajar yang kuat, yaitu:
a. Tekun menghadapi
tugas .
b. Ulet menghadapi
kesulitan.
c.
Menunjukkan minat
terhadap bermacam-macam masalah.
d. Lebih senang bekerja
mandiri.
e.
Cepat bosan pada
tugas-tugas yang rutin.
f. Dapat mempertahankan
pendapatnya.
g.
Tidak mudah melepaskan
hal-hal yang diyakini itu.
h.
Senang mencari dan
memecahkan masalah soal-soal.
Fungsi motivasi belajar menurut
Hamalik (2003:161) adalah sebagai berikut:
a.
Mendorong timbulnya
kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka
tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
b.
Motivasi berfungsi
sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang
diinginkan.
c.
Motivasi berfungsi
sebagi penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi
akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Prinsip-prinsip motivasi belajar menurut
Kenneth H. Hover dalam Hamalik (2003:163) adalah sebagai berikut:
a.
Pujian lebih efektif
dari pada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan
pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Karena itu pujian lebih
besar nilainya bagi motivasi belajar murid.
b.
Semua murid mempunyai
kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus
mendapat kepuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai
bentuk yang berbeda. Murid-murid yang dapat memenuhi kebutuhannya secara
efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan di
dalam motivasi dan disiplin.
c.
Motivasi yang berasal dari dalam individu
lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah
karena kepuasan yang diperoleh oleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada
di dalam diri murid sendiri.
d.
Terhadap jawaban
(perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu diadakan usaha
pemantauan (reinforcement). Apabila sesuatu perbuatan belajar mencapai
tujuan maka terhadap perbuatan itu perlu segera diulang kembali setelah
beberapa menit kemudian, sehingga hasilnya lebih mantap. Pemantapan itu perlu
dilakukan dalam setiap tingkatan pengalaman belajar.
e.
Motivasi itu mudah
menjalar atau tersebar terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan
antusias pula. Demikian murid yang antusias akan mendorong motivasi murid-murid
lainnya.
f.
Pemahaman yang jelas
terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi. Apabila seseorang telah
menyadari tujuan yang hendak dicapainya maka perbuatannya ke arah itu akan
lebih besar daya dorongannya.
g.
Tugas-tugas yang
dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk
mengerjakannya dari pada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila
murid diberi kesempatan menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri
maka akan mengembangkan motivasi dan disiplin lebih baik.
h.
Pujian-pujian yang
datangnya dari luar (external reward) kadang-kadang diperlukan dan cukup
efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. Berkat dorongan orang lain,
misalnya untuk memperoleh angka yang tinggi maka murid akan berusah lebih giat
karena minatnya menjadi lebih besar.
i.
Teknik dan proses
mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara minat murid. Cara
mengajar yang bervariasi ini akan menimbulkan situasi belajar yang menantang,
dan menyenangkan seperti halnya bermain dengan alat permainan yang berlainan.
j.
Manfaat minat yang
telah dimiliki oleh murid adalah
bersifat ekonomis. Minat khusus yang telah dimiliki oleh murid, minatnya
bermain bola basket, akan mudah ditransferkan kepada minat dalam bidang studi
atau dihubungkan dengan masalah tertentu dalam bidang studi.
k.
Kegiatan-kegiatan yang
akan dapat merangsang minat murid-murid yang kurang mungkin tidak ada artinya
(kurang berharga) bagi para peserta didik yang tergolong pandai. Hal ini disebabkan karena berbedanya tingkat abilitas di kalangan siswa.
Karena itu, guru yang hendak membangkitkan minat murid-muridnya supaya
menyesuaikan usahanya dengan kondisi-kondisi yang ada pada mereka.
l.
Kecemasan yang besar
akan menimbulkan kesulitan yang besar. Kecemasan ini akan mengganggu perbuatan
belajar siswa, sebab akan mengakibatkan pindahnya perhatiannya pada hal-hal
lain, sehingga belajarnya menjadi tidak efektif.
m.
Kecemasan dan frustasi
yang lemah dapat membantu belajar, dapat juga lebih baik. Keadaan emosi yang
lemah dapat menimbulkan perbedaan yang lebih energik, kelakuan yang lebih
hebat.
n.
Apabila tugas tidak
terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustasi secara cepat menuju ke
demoralisasi. Karena terlalu sulitnya tugas itu maka akan menyebabkan
murid-murid melakukan hal-hal yang tidak wajar sebagai manifestasi dari
frustasi yang terkandung di dalam dirinya.
o.
Setiap murid mempunyai
tingkat-tingkat frustasi toleransi yang berlainan. Ada murid yang karena
kegagalannya justru menimbulkan incentive tetapi ada peserta didik yang
selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkinan timbulnya kegagalan,
misalnya tergantung pada stabilitas emosinya masing-masing.
p.
Tekanan kelompok murid
(peer grup) kebanyakan lebih efektif dalam motivasi dari pada
tekanan/paksaan orang dewasa. Para peserta didik (terutama para adolesent)
sedang mencari kebebasan dari orang dewasa, ia menempatkan hubungan peer lebih
tinggi. Peserta didik bersedia melakukan apa yang akan dilakukan oleh peer grupnya
dan demikian sebaliknya. Karena itu kalau guru hendak membimbing murid-murid
belajar maka arahkanlah anggota-anggota kelompok itu kepada nilai-nilai
belajar, baru murid tersebut akan belajar dengan baik.
q.
Motivasi yang besar
erat hubungannya dengan kreatifitas murid. Dengan teknik mengajar yang tertentu
motivasi murid-murid dapat ditujukan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi
yang telah dimiliki oleh murid apabila diberi semacam penghalang seperti adanya
ujian yang mendadak, peraturan-peraturan sekolah, dan lain-lain maka kegiatan
kreatifnya akan timbul sehingga ia lolos dari penghalang tadi.
Ada beberapa ahli yang membedakan jenis
motivasi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Diantaranya
adalah sebagai berikut:
a.
Motivasi intrinsik
Hamalik (2003:162)
mengemukakan bahwa “Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam
situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid”. Sardiman A.M
(1996:88) menyatakan bahwa “Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar seseorang, karena
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang
berasal dari dalam diri siswa.
Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya
yang timbul dalam diri peserta didik sendiri, misalnya keinginan untuk
mendapatkan ketrampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian,
mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari
sumbangannya terhadap usaha kelompok, keinginan diterima orang lain dan lain
sebagainya. Motivasi ini timbul tanpa ada pengaruh dari luar dan bersifat riil
atau motivasi yang sesungguhnya.
Purwanto (1990:65) mengemukakan bahwa “Dorongan belajar yang paling baik
terutama adalah motivasi intrinsik. Begitu pula Hamalik (2003:168) mengemukakan
bahwa “…namun yang lebih penting ialah motivasi yang timbul dari dalam diri
murid sendiri seperti dorongan kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan juga
pribadi guru sendiri merupakan contoh yang dapat merangsang motivasi mereka”.
Motivasi intrinsik perlu ditumbuhkan pada diri peserta didik agar timbul
kegiatan belajar atas keinginan sendiri, tidak karena hal-hal seperti hadiah,
pujian, atau takut dimarahi guru ataupun orang tua, agar peserta didik dapat
memperoleh hasil belajar yang optimal.
b.
Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar
diri seseorang, dan biasanya oleh orang lain. Motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar (Sardiman A.M, 2001:89). Adanya
dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang
dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya
hadiah dan menghindari hukuman (Dimyati dan Mudjiono, 1999:91). Dengan kata
lain motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar individu yang
dapat berupa hadiah, pujian ataupun hukuman.
Motivasi belajar ekstrinsik marupkan kegiatan belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan
kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas
belajar sendiri. Sebagaimana pendapat Winkel (1996:174), yang tergolong bentuk
motivasi belajar ekstrinsik antara lain:
1) Belajar demi
memenuhi kebutuhan.
2)
Belajar demi
menghindari hukuman yang diancamkan.
3)
Belajar demi memperoleh
hadiah material yang dijanjikan.
4)
Belajar demi
meningkatkan gengsi sosial.
5)
Belajar demi memperoleh
pujian dari orang yang penting, misalkan orang tua, guru.
6)
Belajar demi tuntutan
jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang
atau golongan administratif.
Pendidik dapat menggunakan berbagai cara
untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswanya, menurut
Hamalik (2003:166) cara tersebut adalah sebagai berikut:
a. Memberi angka
Umumnya setiap peserta didik ingin
mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru.
Murid yang mendapat angkanya baik, akan mendorong motivasi belajarnya menjadi
lebih besar, sebaliknya murid yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan
frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik.
b. Pujian
Pemberian pujian
kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya
sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan senang.
c. Hadiah
Cara ini juga dilakukan oleh guru dalam
batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para peserta
didik yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik, memberikan hadiah
bagi para pemenang sayembara atau pertandingan olahraga.
d. Kerja kelompok
Dalam kerja
kelompok dimana melakukan kerjasama dalam belajar, setiap anggota kelompok
menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.
e. Persaingan
Baik kerja
kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif sosial kepada murid. Hanya
saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik, seperti
rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan, persaingan antar
kelompok belajar.
f. Tujuan dan level
of aspiration
Dari keluarga akan
mendorong kegiatan siswa.
g. Sarkasme
Sarkasme ialah
dengan jalan mengajak para peserta didik yang mendapat hasil belajar yang
kurang. Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat mendorong kegiatan belajar
demi nama baiknya, tetapi di pihak lain dapat menimbulkan sebaliknya, karena peserta
didik merasa dirinya dihina, sehingga memungkinkan timbulnya konflik antara
murid dan guru.
h. Penilaian
Penilaian secara kontinyu akan mendorong
murid-murid belajar, oleh karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk
memperoleh hasil yang baik. Di samping itu, para peserta
didik selalu berpendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan
dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama.
i.
Karyawisata dan ekskursi
Cara ini dapat
membangkitkan motivasi belajar oleh karena dalam kegiatan ini akan mendapat
pengalaman langsung dan bermakna baginya. Selain dari itu, karena objek yang
akan dikunjungi adalah objek yang menarik minatnya. Suasana bebas, lepas dan
keterikatan ruangan kelas besar manfaatnya untuk menghilangkan
ketegangan-ketegangan yang ada, sehingga kegiatan belajar dapat dilakukan lebih
menyenangkan.
j.
Film pendidikan
Setiap peserta
didik merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih menarik
perhatian dan minat peserta didik dalam belajar. Para peserta didik mendapat
pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna.
k. Belajar melalui
radio
Mendengarkan
radio lebih menghasilkan daripada mendengarkan ceramah guru. Radio adalah alat
yng penting untuk mendorong motivasi belajar murid. Kendatipun demikian, radio
tidak mungkin dapat menggantikan kedudukan guru dalam mengajar. Masih banyak
cara yang dapat digunakan oleh guru untuk membangkitkan dan memelihara motivasi
belajar murid. Namun yang lebih penting ialah motivasi yang timbul dari dalam
diri murid sendiri seperti dorongan kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan juga
pribadi guru sendiri merupakan contoh yang dapat merangsang motivasi mereka.
4.
Garis
Dan Sudut
Seorang tukang kayu hendak memasukkan kaca ke dalam kosen jendela. Apa yang dilakukan tukang kayu itu ketika akan memasukkan
kaca ke dalam kosen? Salah satu yang dilakukan tukang kayu tersebut adalah
memperhatikan pojok-pojok kosen jendela dengan pojok-pojok kosen jendela dengan
pojok-pojok keping kaca itu agar sesuai.
Sudut pada gambar di atas merupakan sudut AOB atau dinotasikan denganAOB. Kadang-kadang sudut pada gambar di samping dituliskan
dengan O. Suatu sudut dapat terbentuk dari suatu sinar yang diputar
pada pangkal sinar. Jadi, sudut AOB adalah sudut yang dibentuk yang diputar dengan pusat O sehingga berputar sampai .
dan disebut kaki sudut, sedangkan titik pertemuan
kaki-kaki sudut disebut titik sudut. Daerah yang dibatasi oleh kaki-kaki
sudut yakni daerah AOB disebut daerah sudut. Untuk selanjutnya daerah sudut AOB disebut besar
sudut AOB = AOB.
Salah satu ukuran besar sudut adalah derajat. Satuan derajat satu putaran penuh besarnya 360
derajat dan ditulis 3600.
(tanda 0
dibaca derajat, ´ dibaca menit dan ´´ detik)
Contoh : 90´´ = ... ´ = ... 0
Jawab : Karena 1´´ maka 90´´ = 90 x
Karena 1´´ = maka diperoleh 90´´
= 90 x = 0,0250
Untuk menggambar atau mengukur besar sudut, dapat menggambarkan penggaris
dan busur derajat. Satuan pada busur derajat adalah derajat. Pada
umumnya busur derajat tersebut dari mika tembus pandang bentuk setengah
lingkaran. Pada busur derajat terdapat dua skala, yaitu skala atas dan skala
bawah. Pada skala atas terdapat angka-angka berurut-urut dari kiri ke kanan
0, 10,20,..,180,. Sedangkan pada skala bawah terdapat angka-angka berurut-urut
dari kanan ke kiri 0, 10, 20,..., 180. bagaimanakan cara mengukur besar sudut.
Caranya dengan menggunakan bususr derajat? Untuk itu, perhatikan penjelasan
berikut ini:
Misalkan akan mengukur besar AOB pada gambar di atas, letakkan busur derajat pada AOB sehingga titik pusat bususr derajat berimpit dengan titik
O dan sisi lurus busur derajat berimpit dengan . Setelah benar-benar berimpit, perhatikan kaki sudut , ternyata kaki sudut tersebut berimpit dengan titik 300
pada skala bawah dan 150 0 pada skala atas. Skala manakah yang
digunakan? Perhatikan angka nol pada busur derajat yang terletak pada . Jika angka nol berada pada skala bawah, gunakan angka yang
berada pada skala bawah pada kaki sudut . Jadi, AOB = 300.
Dua garis yang sejajar mempunyai jarak yang tetap walaupun kedua garis
tersebut diperpanjang. Perhatikan gambar berikut:
Jika garis yang sejajar dipotong garis lain, maka garis yang dipotong kedua
garis itu disebut garis tranversal. Garis tranversal memotong dua garis yang
sejajar di dua titik sehingga membentuk jenis-jenis sudut berikut ini:
a.
Sudut-sudut sehadap
P2 dan Q2 menghadap ke arah yang sama, yaitu arah kanan
atas. Sudut-sudut itu disebut sudut sehadap.
b.
Sudut-sudut
berseberangan
P3 dan Q2 berada diantara dua garis sejajar dan
berseberangan terhadap garis tranversal. Sudut-sudut itu disebut sudut dalam
berseberangan. P1
dan Q4 berada di luar dua garis tranversal. Sudut itu disebut sudut luar
berseberangan.
c.
Sudut-sudut
sepihak
P3 dan Q1 berada di dalam dua garis sejajar dan keduanya terletak di sebelah kiri
garis tranversal. Sudut-sudut itu disebut sudut dalam sepihak. P1 dan Q1 berada di luar dua garis sejajar dan keduanya
terletak di sebelah kiri garis tranversal. Sudut-sudut ini disebut sudut
luar sepihak.
Contoh: Tentukan nilai x, y, dan z
Jawab: EBD dan BDC adalah sudut-sudut dalam berseberangan maka EBD = BDC = 600. karena ABE dan ACD adalah sudut-sudut sehadap maka ABE = ACD. Jadi x = 500.
Y = 1800 – (600 + x)
= 1800 – (600
+ 500)
= 1800 – 1100
= 700
(Sujatmiko,
2005:201)
B.
Kerangka
Pemikiran
Matematika merupakan
ilmu pengetahuan struktur dan hubungan-hubungannya, simbol-simbol diperlukan,
matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang tersusun secara hirarkis dan
penalarannya deduktif. Untuk memahami konsep yang bersifat abstrak tersebut maka
dalam kegiatan pembelajaran matematika diperlukan alat peraga untuk mempermudah
peserta didik dalam memahami konsep matematika. Penggunaan alat peraga dapat
membuat pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar
peserta didik, belajar berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing
individu, belajar lebih cepat dan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran lebih
sistematis dan teratur.
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Penelitian
C.
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis berasal dari dua kata
yaitu hypo yang berarti di bawah dan thesa yang artinya
kebenaran. Sehubungan dengan pengertian tersebut, maka hipotesis dapat diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006:67). Hipotesis yang dapat
dirumuskan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
1.
Diduga
ada peningkatan prestasi belajar peserta didik sesudah pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga terbuat dari
kertas karton yang dibentuk dengan berbagai macam bentuk segitiga untuk menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan
jenis sudut pada peserta didik kelas VII D SMP Negeri
2 Gatak kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2006/2007.
2.
Diduga
ada peningkatan motivasi belajar peserta didik sesudah pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga terbuat dari
kertas karton yang dibentuk dengan berbagai macam bentuk segitiga untuk menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan
jenis sudut pada peserta didik kelas VII D SMP Negeri
2 Gatak kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2006/2007.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas atau yang
sering dikenal dengan istilah PTK merupakan suatu upaya dari pendidik untuk
meningkatkan atau memperbaiki proses belajar mengajar ke arah tercapainya
tujuan pendidikan atau pengajaran itu sendiri. Masalah penelitiannya bersumber
dari lingkungan kelas yang dirasakan sendiri oleh pendidik untuk diperbaiki,
dievaluasi dan akhirnya dibuat suatu keputusan sebagai solusi dan dilaksanakan
suatu tindakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran tersebut
(Zulkarnaeni, 2005:1). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada peserta
didik kelas VII D di SMP Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo semester II tahun
pelajaran 2006/2007, tepatnya pada bulan Januari sampai dengan Maret 2008. Secara rinci kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. 1 Alokasi Waktu Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
1
|
Menyusun Proposal PTK
|
√
|
|
|
2
|
Menyusun Instrumen Penelitian
|
√
|
|
|
3
|
Pengumpulan Data dengan melakukan tindakan
a.
Siklus I
b.
Siklus II
|
√
|
√
|
|
4
|
Analisis Data
|
|
√
|
|
5
|
Menyusun Laporan Hasil Penelitian
|
|
|
√
|
SMP Negeri 2 Gatak merupakan salah
satu SMP Negeri di kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di Jl. Trangsan,
kecamatan Gatak kabupaten Sukoharjo. Sekolah ini didirikan tahin 1985 dengan
visi ”unggul dalam prestasi dan kompetitif berdasarkan iman dan taqwa”,
sehingga untuk mencapai visi tersebut pendidik dan pihak sekolah selalu
mengadakan upaya perbaikan terhadap layanan pendidikan yang dianggap masih
kurang. Sebagai indikator dari keberhasilan visi di SMP Negeri 2 Gatak
kabupaten Sukoharjo ditandai dengan:
1.
Unggul dalam pencapaian nilai rata-rata Ujian Akhir
Nasional.
2.
Unggul dalam lomba dan
olah raga.
3.
Unggul dalam kemampuan
baca tulis al Qur’an.
4.
Unggul dalam aktivitas
keagamaan dan sosial.
5.
Unggul dalam disiplin
dan tanggungjawab.
Misi SMP Negeri 2 Gatak kabupaten
Sukoharjo adalah:
1.
Melaksanakan proses
belajar mengajar yang efektif dan efisien berdasarkan konsep belajar tuntas
melalui program pengajaran remidial dan pengayaan dengan mengoptimalkan seluruh
input.
2.
Meningkatkan semangat
keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah sesuai dengan potensi
yang dimiliki.
3.
Meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan warga sekolah melalui baca tulis Al-qur’an.
4.
Meningkatkan budaya
disiplin dan tanggung jawab dalam kehidupan sekolah.
5.
Meningkatkan manajemen
partisipasif dengan melibatkan warga sekolah.
B.
Subjek
Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
dilakukan pada 40 peserta didik pada kelas VII D di SMP Negeri 2 Gatak
kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2006/2007, motivasi belajar matematika
peserta didik di kelas ini masih rendah sehingga berakibat pada rendahnya nilai
ulangan pada materi menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan jenis
sudut. Untuk itu pendidik melakukan upaya perbaikan agar peserta didik memiliki
semangat untuk belajar yaitu dengan menggunakan alat peraga dalam kegiatan
pembelajaran sehingga dapat mempermudah peserta didik dalam belajar.
C.
Sumber
Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh
(Arikunto, 2006:107). Data dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
data primer dan data sekunder.
1. Data
Primer
Data
primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek
penelitiannya. Data primer dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari
hasil tes yang diberikan pada peserta didik kelas VII D di SMP Negeri 2 Gatak
kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2006/2007.
2. Data
Sekunder
Data
sekunder adalah data yang tidak diusahakan pengumpulannya oleh peneliti
sendiri, jadi diperoleh melalui pihak lain, misalnya melalui
keterangan-keterangan laporan bulanan, buku-buku atau data lainnya. Pada
penelitian tindakan kelas ini data sekunder diperoleh dari hasil wawancara,
observasi serta dokumentasi yang dimiliki oleh kelas VII D di SMP Negeri 2
Gatak kabupaten Sukoharjo yang berkaitan dengan alat peraga yang dimiliki oleh sekolah.
D.
Teknik
dan Alat Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara serta
dokumentasi.
1.
Tes
Menurut Arikunto (1990:51), “Tes
merupakan alat prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara
dan aturan-aturan yang sudah ditetapkan”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Indrakusuma (Dalam Arikunto, 1995:29:),
bahwa tes adalah suatu alat atau
prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data atau keterangan-keterangan yang diinginkan
seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. Dengan kata lain
metode tes adalah prosedur pengumpulan data untuk memperoleh
keterangan-keterangan atau informasi
dengan cara-cara yang telah ditetapkan. Tes dalam penelitian ini diberikan
untuk mengetahui hasil belajar matematika peserta didik kelas VII D di SMP
Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2006/2007.
2.
Observasi
Observasi (observation) atau
pengamatan merupakan suatu teknik mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2007:220).
Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati perilaku peserta didik
kelas VII D di SMP Negeri 2 Gatak
kabupaten Sukoharjo dalam belajar matematika menggunakan alat peraga pada tahun
pelajaran 2006/2007, baik perilaku positif maupun negatif yang berkaitan dengan
motivasi, keaktifan serta sikap peserta didik terhadap kegiatan yang diberikan
oleh pendidik dalam belajar matematika dan cara peserta didik menggunakan alat
peraga yang ada.
3.
Wawancara
Wawancara (interview) merupakan
salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab
antara responden dengan narasumber guna memperoleh data yang dibutuhkan
(Sukmadinata, 2007:216). Wawancara dilakukan dalam penelitian ini untuk
mengetahui tanggapan, pendapat serta saran dari peserta didik berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran matematika
dengan menggunakan alat peraga untuk menentukan hubungan antara dua garis serta
besar dan jenis sudut. Wawancara dilakukan terhadap peserta didik kelas VII D
di SMP Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2006/2007.
4.
Dokumentasi
Moleong (2006: 160) analisis
dokumen digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong serta
dokumentasi bersifat alamiah sesuai dengan konteks lahiriyah tersebut.
Pengumpulan data melalui teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh
dari hasil wawancara dan observasi. Dokumentasi yang digunakan berupa nilai
peserta didik dalam matematika dengan menggunakan alat peraga yang
diperoleh peserta didik kelas VII D di
SMP Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo sesudah pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik.
E.
Analisis
Data
Data yang telah dikumpulkan
kemudian dianalisis. Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini dapat
dilakukan dengan tiga kegiatan utama yang saling berkaitan dan terjadi secara
bersamaan dalam proses analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi
(Sutopo, 2002: 88).
1. Reduksi data
Kegiatan mereduksi data dilakukan dengan
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
mencari tema dan polanya. Dalam penelitian ini, data-data yang dikumpulkan pada
saat penelitian di lapangan yang berkaitan dengan hasil belajar peserta didik
serta motivasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran matematika dengan
menggunakan alat peraga dirangkum dan diambil yang pokok-pokok sehingga
mendukung penulisan ini.
2. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dengan
mengorganisasikan, menyusun pola hubungan dan menyusun data secara sistematis.
Penyajian data merupakan bagian dari analisis
dengan maksud agar data atau informasi yang telah terkumpul dapat
tersusun dalam bentuk yang padu. Penyajian data dilakukan agar data mudah untuk
dipahami.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi
Semua
data yang diperoleh di lapangan setelah melalui proses yang panjang kemudian
ditarik kesimpulan. Sehingga data yang diperlukan dapat
diperoleh dengan hasil akhir sesuai dengan yang diperoleh dari lapangan.
F. Validitas
Data
Data yang berhasil dikumpulkan harus
diusahakan kesahihan dan kebenarannya, dengan tujuan agar data penelitian yang
sebelumnya berupa informasi-informasi dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
digunakan sebagai tolok ukur untuk menarik kesimpulan. Dalam penelitian
kualitatif ada beberapa cara untuk meningkatkan kesahihan data penelitian,
yaitu: triangulasi, konfirmability, dan dependability. Dalam penelitian ini
menggunakan teknik triangulasi dengan memeriksa keabsahan data yang paling
utama digunakan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Dalam hal ini digunakan triangulasi sumber data.
Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek
derajat keterpercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan sumber
yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong, 2006: 178).
Peneliti mempergunakan berbagai sumber
data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis atau sama. Triangulasi
dengan menggunakan metode yang dilakukan
dengan dua strategi, yaitu: 1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data yang sama, dan 2) pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2006: 178).
Penerapannya dalam penelitian ini adalah dengan mengecek hasil ulangan matematika
dengan hasil wawancara, observasi serta dokumentasi yang dimiliki oleh pendidik,
sehingga keabsahan data dapat diuji kebenarannya.
G. Indikator
Kinerja
Indikator kinerja merupakan tolok ukur
dari keberhasilan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian tindakan kelas
ini dianggap berhasil jika ada peningkatan hasil belajar peserta didik dalam
menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut yang ditandai dengan adanya peningkatan hasil
belajar peserta didik yang berkisar antara 75-89 atau dengan kategori baik.
Kategori nilai ditentukan dengan kriteria baik karena materi tentang menentukan
hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut bukan termasuk materi
yang sulit sehingga untuk standar nilai tersebut dianggap tidak terlalu tinggi.
Indikator lain dari keberhasilan penelitian ini jika ada peningkatan motivasi
belajar dari peserta didik yang ditandai adanya keaktifan dan peran serta dalam
kegiatan pembelajaran matematika.
Tabel 3.2. Indikator Keberhasilan
Penelitian
No.
|
Kategori
|
Keterangan
|
1.
|
Amat Baik
|
Nilai yang diperoleh peserta didik antara 90-100
|
2.
|
Baik
|
Nilai yang diperoleh peserta didik antara 75 - 89
|
3.
|
Cukup
|
Nilai yang diperoleh peserta didik antara 60 - 74
|
4.
|
Kurang
|
Nilai yang diperoleh peserta didik antara 49-59
|
H. Prosedur
Penelitian
Prosedur PTK terdiri dari empat langkah
utama, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action),
pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
1. Siklus I
1. Perencanaan (plan)
Pada tahap perencanaan, pendidik membuat RPP dan menyusun
skenario kegiatan yang akan diberikan pada peserta didik pada siklus I.
2. Pelaksanaan (action)
Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan sebagai
berikut:
1) Pendidik menyampaikan materi matematika.
2) Peserta didik mencatat materi pelajaran.
3) Peserta didik mengerjakan soal latihan
4) Peserta didik dipersilahkan maju kedepan
kelas untuk menghitung dan memperagakan bentuk sudut dari alat peraga yang dibuat dengan kertas karto
berbentuk segitiga sesuai soal-soal yang diberikan oleh guru.
5) Pendidik melakukan balikan dan penguatan
dengan menghitung dan memperagakan alat peraga tersebut.
6) Pendidik melakukan evaluasi.
3. Observasi (observation)
Observasi dilakukan untuk mengetahui perilaku
peserta didik dalam belajar matematika. Baik yang berhubungan dengan motivasi,
keaktifan serta kreativitas peserta didik.
4. Refleksi (reflection)
Refleksi merupakan tindak lanjut dari segala
kekurangan atau kelemahan yang ada dalam penelitian. Dengan adanya refleksi maka
diharapkan hasil penelitian dapat diperoleh sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan (plan)
Pada tahap ini pendidik membuat RPP berisi
kegiatan yang akan diberikan pada peserta didik serta mempersiapkan alat peraga
yang akan digunakan pada kegiatan pembelajaran. Sebelum pelaksanaan kegiatan
dilaksanakan, terlebih dahulu pendidik melakukan apersepsi dengan mengingat
pelajaran yang lalu.
b. Pelaksanaan (action)
Pelaksanaan
tindakan dilakukan dengan pembelajaran matematika menggunakan alat peraga.
Langkah-langkah kegiatan adalah sebagai berikut:
a. Pendidik menyampaikan materi.
b. Memberi contoh cara menggunakan alat
peraga yang terbuat dari kertas karton dengan berbagai macam bentuk segitiga.
c. Peserta didik menggunakan alat peraga.
d. Pendidik melakukan penguatan dan balikan
e. Pendidik melakukan evaluasi tertulis.
c. Observasi (observation)
Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran
dengan melihat segala perubahan peserta didik dalam belajar matematika
menggunakan alat peraga baik yang berkaitan dengan motivasi, keaktifan serta
pengalaman belajar peserta didik yang timbul dalam belajar.
d. Refleksi (reflection)
Refleksi dilakukan untuk memperbaiki kelemahan
yang terjadi pada penelitian di setiap siklus. Tindak lanjut dari perbaikan
yang dilakukan dapat berupa perbaikan pada siklus berikutnya. Dan jika hasil
penelitian telah memenuhi indikator kinerja dari penelitian yang telah
ditetapkan sebelumnya maka penelitian tindakan kelas dianggap telah berhasil
dan tidak perlu untuk dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Kondisi Awal
Pada kondisi awal dapat dijelaskan bahwa kenyataan yang ada pada pelaksanaan
pembelajaran matematika kelas VII D di SMP Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo
semester II tahun pelajaran 2006/2007 diketahui bahwa dalam melakukan pembelajaran pendidik belum
menggunakan alat peraga yang ada, padahal sekolah menyediakan berbagai alat
peraga pendidikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelas dan pendidik
dalam mengajar matematika hanya menggunakan buku paket sebagai pegangan dalam
mengajar. Hal ini disebabkan belum timbul kesadaran akan pentingnya penggunaan
alat peraga serta pengaruhnya dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik menganggap
bahwa penggunaan buku paket lebih sederhana dan tidak memerlukan persiapan yang
banyak. Adanya pembelajaran dengan model demikian ini maka peserta didik kurang
memiliki pengalaman dalam belajar dan motivasi untuk belajar rendah karena
kegiatan yang diberikan monoton, sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta
didik masih kurang. Pada kondisi awal ini diketahui bahwa
Tabel 4.1 Hasil Penilaian Kondisi
Awal
Kategori
|
Interval Tiap Aspek
|
Pem
|
Pen
|
PM
|
RT
|
%
|
Amat Baik
|
Nilai
(95-100)(90-100)(85-100)
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Baik
|
Nilai (80-94) (75-89)
(70-84)
|
2
|
2
|
2
|
1
|
2.5
|
Cukup
|
Nilai (65-79) (60-74)
(55-69)
|
18
|
19
|
16
|
16
|
40
|
Kurang
|
Nilai (<65) (<60) (<55)
|
20
|
19
|
22
|
23
|
57.5
|
|
Nilai Rerata Tiap Aspek
|
61
|
55.4
|
51.8
|
56.1
|
56,1
|
Keterangan
Pem = Pemahaman Konsep
Pen = Penerapan dan komunikasi
PM = Pemecahan masalah
Hasil tes matematika di atas dapat
disimpulkan bahwa rata-rata nilai ulangan yang diberikan pada peserta didik
kelas VII D di SMP Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2006/2007
adalah kurang dengan nilai rata-rata 56,1.
B.
Deskripsi
Siklus I
1. Perencanaan (plan)
Kegiatan
pada siklus I dilakukan dengan pembelajaran matematika tanpa menggunakan alat
peraga terbuat dari kertas karton yang dibentuk dengan berbagai macam bentuk
segitiga, sehingga pendidik melakukan persiapan membuat RPP dan materi yang akan
disampaikan dengan menggunakan alat peraga yang sudah dibuat sebelumnya dari
kertas karton untuk menjelasakan tentang
garis dan sudut.
2. Pelaksanaan (action)
Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan sebagai
berikut:
a. Pendidik menyampaikan materi matematika
tentang menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut dengan
berceramah serta menunjukkan pada siswa bagaimana cara menentukan sudut dengan
mudah, yaitu dengan menggunakan alat peraga yang berbentuk macam-macam segitiga
terbuat dari kertas karton di depan kelas.
b. Peserta didik mencatat materi pelajaran
yang ada di papan tulis
c. Peserta didik memperagakan acara
menentukan sudut dengan alat peraga yang terbuat dari karton di depan kelas
dengan maju satu persatu
d. Peserta didik mengerjakan soal latihan
yang diberikan oleh pendidik.
e. Pendidik melakukan balikan dan penguatan
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh peserta didik.
f. Pendidik melakukan evaluasi.
3. Observasi (observation)
Hasil
pengamatan selama pembelajaran dapat diketahui bahwa pada awal pendidik
melakukan ceramah dan penggunaan alat peraga terbuat dari kertas karton yang
dibentuk dengan berbagai macam bentuk segitiga, masih banyak peserta didik yang
memperhatikan. Akan tetapi ketika waktu berjalan sekitar 15 menit terlihat
berbagai reaksi negatif yang ditunjukkan peserta didik dalam belajar
diantaranya bercerita dengan teman satu meja, bermain alat tulis atau bahkan
melempar kertas pada teman yang lain. Pendidik berusaha mengembalikan suasana
belajar agar kondusif, akan tetapi tidak lama kondisi belajar kembali gaduh. Peserta
didik saat mengerjakan latihan terlihat kurang serius, terlihat beberapa
peserta didik yang hanya diam dan menanti jawaban dari teman lain yang telah
selesai mengerjakan. Sehingga tidak semua peserta didik mengerjakan soal latihan
yang diberikan pendidik tetapi hanya menyalin dari pekerjaan teman.
4. Refleksi (reflection)
Beberapa
kelemahan yang ada pada siklus I ini akan diperbaiki pada siklus II untuk
meningkatkan keaktifan serta motivasi peserta didik dalam belajar matematika. Hasil
tes yang diberikan pada siklus I ini diketahui sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Penilaian Siklus I
Kategori
|
Nilai
Tiap Aspek
|
Pem
|
Pen
|
PM
|
RT
|
%
|
Amat
Baik
|
Nilai (95-100)(90-100)(85-100)
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
Baik
|
Nilai (80-94)
(75-89) (70-84)
|
2
|
2
|
1
|
1
|
2.5
|
Cukup
|
Nilai (65-79)
(60-74) (55-69)
|
21
|
19
|
15
|
16
|
40
|
Kurang
|
Nilai (<65) (<60) (<55)
|
17
|
19
|
23
|
23
|
57.5
|
|
Jumlah
|
2605
|
2370
|
2173
|
2383
|
100
|
|
Rerata
Tiap Aspek
|
65.13
|
59.3
|
54.3
|
59.6
|
|
Keterangan
Pem = Pemahaman Konsep
Pen = Penerapan dan komunikasi
PM = Pemecahan masalah
Hasil tes matematika di atas dapat
disimpulkan bahwa rata-rata nilai ulangan yang diberikan pada peserta didik
kelas VII D di SMP Negeri 2 Gatak
kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2006/2007 adalah cukup dengan nilai rata-rata
59,5
C.
Deskripsi
Siklus II
1. Perencanaan (plan)
Pendidik
membuat RPP berisi kegiatan yang diberikan pada peserta didik serta
mempersiapkan alat peraga yang digunakan pada kegiatan pembelajaran berupa
busur dan jangka yang berukuran besar. Sebelum pelaksanaan kegiatan
dilaksanakan, terlebih dahulu pendidik melakukan apersepsi dengan mengingat
pelajaran yang lalu.
2. Pelaksanaan (action)
Pelaksanaan
tindakan dilakukan dengan pembelajaran matematika menggunakan alat peraga yang
dibawa masing-masing peserta didik dari rumah yang berupa bujur dan jangka.
Langkah-langkah kegiatan adalah sebagai berikut:
a. Pendidik menyampaikan materi tentang
menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut dengan
berceramah di depan kelas.
b. Memberi contoh cara menggunakan busur dalam
kegiatan pembelajaran dengan mempergakannya secara berulang-ulang.
c. Peserta didik menggunakan busur untuk
menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut dan
menerapkannya dalam mengerjakan soal-soal latihan.
d. Pendidik melakukan penguatan dan balikan.
e. Pendidik melakukan evaluasi tertulis.
3. Observasi (observation)
Pada
siklus II ini terlihat peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran yang
dilakukan. Pada saat pendidik menjelaskan cara menggunakan busur, semua
perhatian peserta didik tertuju ke depan kelas tempat pendidik berdiri. Pada
waktu pendidik menyuruh salah satu peserta didik maju untuk memperagakan cara
penggunaan busur yang berukuran besar, maka terlihat antusiasme peserta didik
yang terlihat mereka berebut untuk maju. Saat melakukan kegiatan dalam mengukur
sudut peserta didik melakukannya dengan bersungguh-sungguh yang terlihat pada
kesiapan peserta didik dalam menyiapkan busur, menghitung sudut serta
mengerjakan tugas yang diberikan. Meski sesekali terlihat peserta didik
bercanda akan tetapi semuanya mampu melakukan kegiatan dengan baik. Kreativitas
peserta didik nampak terlihat ketika mengerjakan soal latihan, meski soal yang
diberikan sama akan tetapi dari beragamnya jawaban yang diberikan peserta didik
menunjukkan bahwa peserta didik memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menentukan
hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut.
4. Refleksi (reflection)
Pada
siklus ini diketahui nilai rata-rata tes peserta didik 66,96, hasil tersebut
tentunya memiliki arti bahwa indikator nilai peserta didik telah tercapai pada
siklus ini. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui juga bahwa peserta
didik berperan aktif dalam melakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan
alat peraga busur, meski bentuknya sederhana akan tetapi alat tersebut mampu
meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar matematika untuk menentukan
hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut. Hasil tes yang diberikan
pada siklus II adalah:
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Siklus II
Kategori
|
Nilai
Tiap Aspek
|
Pem
|
Pen
|
PM
|
RT
|
%
|
Amat
Baik
|
Nilai
(95-100)(90-100)(85-100)
|
1
|
1
|
2
|
1
|
2.5
|
Baik
|
Nilai (80-94) (75-89)
(70-84)
|
4
|
12
|
3
|
4
|
10
|
Cukup
|
Nilai (65-79) (60-74)
(55-69)
|
35
|
25
|
35
|
34
|
85
|
Kurang
|
Nilai (<65) (<60) (<55)
|
0
|
2
|
1
|
1
|
2.5
|
|
Jumlah
|
2815
|
2790
|
2430
|
2678
|
100
|
|
Rerata Tiap Aspek
|
70.38
|
69.8
|
60.75
|
66.96
|
|
Hasil tes matematika di atas dapat
disimpulkan bahwa rata-rata nilai ulangan yang diberikan pada peserta didik
kelas VII D di SMP Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2006/2007
adalah baik dengan nilai rata-rata 66,96.
D.
Deskripsi
Tiap Siklus dan Antar Siklus
Kegiatan yang diberikan pada peserta didik saat
siklus I adalah pembelajaran matematika menggunakan alat peraga terbuat dari kertas
karton yang dibentuk dengan berbagai macam bentuk segitiga, sehingga melakukan ceramah dan mnggunakan alat peraga
sebagai media bantu yang terbuat dari kertas karton berbentuk macam-macam
segitiga, selanjutnya peserta didik mencatatnya setelah itu peserta didik diwajibkan
untuk maju kedepan kelas memperagakan alat peraga tersebut untuk mengerjakan
soal latihan dari Pendidik. Dengan kegiatan tersebut hasil belajar yang
diperoleh peserta didik cukup baik hanya saja belum begitu maksimal dalam
pengguanaan waktunya.. Nilai rata-rata ulangan pada siklus I diketahui 59,57.
Hasil tersebut masuk dalam kategori kurang sehingga perlu ditingkatkan lagi. Hasil
pengamatan selama pembelajaran dapat diketahui bahwa pada awal pendidik
melakukan ceramah dan menggunakan alat peraga yang terbuat dari kertas karton
dengan dibentuk berbagai macam segitia tersebut, masih banyak peserta didik
yang memperhatikan. Akan tetapi ketika waktu berjalan sekitar 15 menit terlihat
peserta didik bercerita dengan teman satu meja, bermain alat tulis atau bahkan
melempar kertas pada teman yang lain sehingga suasana kelas menjadi gaduh.
Peserta didik saat mengerjakan latihan terlihat kurang serius, terlihat
beberapa peserta didik hanya diam dan menanti jawaban dari teman lain yang
telah selesai mengerjakan. Sehingga tidak semua peserta didik dapat
memperagakan dan mengerjakan soal
latihan yang diberikan pendidik tetapi hanya menyalin dari pekerjaan teman
serta hanya berdiri diam di depan kelas.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada
siklus II dengan menggunakan alat peraga dapat membantu mempermudah peserta didik dalam
belajar, karena melalui penggunaan alat peraga dengan menggunakan busur dan
jangka yang berukuran besar, peserta
didik dapat memahami materi yang bersifat abstrak untuk diterima secara
konkrit. Alat peraga yang digunakan peserta didik dalam menentukan hubungan
antara dua garis serta besar dan jenis sudut adalah busur. Peserta didik
melakukan semua kegiatan dengan bimbingan pendidik sehingga dalam belajar
memperoleh pengalaman secara langsung dengan melakukan pengukuran sudut secara
langsung. Peserta didik terlihat antusias dalam melakukan pengukuran sudut dan bersaing
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan cepat dan tepat, selain itu
hasil tes yang diberikan menunjukkan bahwa ada peningkatan yang sangat berarti
jika dibandingkan pada siklus I yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 66,96. Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan alat peraga dengan busur dan
jangka yang berukuran besar untuk menentukan besar dan jenis sudut dapat lebih
membantu peserta didik dalam belajar matematika untuk meningkatkan motivasi
serta prestasi belajar.
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
Pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan
menggunakan alat peraga dengan busur , jangka yang berukuran besar dan bangun-bangun segiti yang terbuat dari
kertas karton untuk menentukan dua garis serta besar dan jenis sudut dapat meningkatkan prestasi serta motivasi belajar pada
peserta didik kelas VII D SMP Negeri 2 Gatak kabupaten Sukoharjo
semester II tahun pelajaran 2006/2007. Peningkatan tersebut diindikasikan
adanya peningkatan hasil tes yang diberikan pada peserta didik yang mengalami
peningkatan menjadi lebih baik yaitu hasil tes pada siklus II lebih baik dari
siklus I dengan nilai rata-rata pada
siklus I adalah 59,57 dan siklus II adalah 66,96. Adanya peningkatan nilai
tersebut dikarenakan peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dengan terlibat
secara aktif dalam kegiatan pembelajaran serta melakukan berbagai peragaan
dalam mengukur dua garis serta besar dan jenis sudut menggunakan busur. Dengan
penggunaan alat peraga tersebut peserta didik memiliki pengalaman dalam belajar
matematika dengan mengukur secara langsung sudut-sudut yang ada dan tidak hanya
membayangkan saja akan tetapi belajar dengan melakukan kegiatan yang berarti.
B.
Implikasi
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi salah satu rujukan bagi pengembangan penelitian selanjutnya untuk
mengatasi permasalahan yang dialami oleh peserta didik dalam belajar
matematika. Karena belajar matematika memerlukan alat peraga untuk menggambarkan
konsep yang abstrak ke dalam konsep yang konkrit. Disamping itu hasil
penelitian diharapkan dapat menumbuhkan gagasan maupun ide-ide kreatif dalam
mengembangkan alat peraga pendidikan yang efektif dalam proses belajar pada
peserta didik sehingga dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar
sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang meningkat .
C.
Saran
1.
Ukuran busur yang digunakan peserta didik
terlalu kecil sehingga, angka yang ada tidak terlihat dengan jelas jika akan
digunakan dalam kelompok besar.
2.
Persiapan
alat peraga sebelum kegiatan perlu dilakukan oleh pendidik dan peserta didik
sehingga waktu belajar akan dipergunakan secara efektif tanpa terganggu adanya kekurangan
alat peraga dalam pembelajaran.
3.
Kegiatan yang diberikan
terhadap peserta didik dalam menggunakan alat peraga perlu dikembangkan agar
tidak monoton sehingga peserta didik tidak bosan.
DAFTAR PUSTAKA
Amir Hamzah. 1988. Media Audio-Visual untuk Pengajaran, Penerangan dan
Penyuluhan. Jakarta: Gramedia
Arikunto, Suharsimi. 1990. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 1995. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati & Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rieneka Cipta
Isti Hidayah dan
Sugiarto, 2002. Workshop I.
Semarang : Jurusan Matematika. FMIPA UNNES.
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta
Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Rochman Natawidjaja, 1979. Alat Peraga dan Komunikasi
Pendidikan. Jakarta
Sardiman AM. 1996. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Grafindo Persada
Sujatmiko, Ponco. 2005. Matematika Kreatif (Konsep dan Terapannya). Surakarta:
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Sukmadinata N.S. 2002. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja
Rosdakarya-Bandung
Sumadi Suryabrata. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo
Sutopo, H.B.
2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret University
Press
Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia
Zulkarnaeni. 2005. Penelitian Tindaka Kelas Informasi Sederhana Pengembangan
Profesi. Diakses dari www.google.com
pada Januari 2007
LAMPIRAN
SOAL
Salin dan hitunglah!
I.
150 + 100
=...
II.
32´ + 15´ = ...
III.
300 20´ 10´´ + 300 40´ 50´´
IV.
300 20´ 10´´ - 300 40´ 50´´
V.
Buatlah ruas garis PQ
sepanjang 3cm dengan posisi horizontal. Jika P sebagai titik sudut dan ruas
garis PQ sebagai salah satu kakinya, gambarlah sudut berikut ini!
a.
RPQ = 750
b.
SPQ = 1100
c.
TPQ = 1300
d.
UPQ = 1650
KUNCI JAWABAN
1.
150 + 100
= 45O
2.
32´ + 15´ = 47’
3. 300 20´ 10´´ + 300 40´ 50´´= 60o 0’40”
4.
300 20´ 10´´ - 300 40´ 50´´ = 61o
|
|||||||
KELAS VII D SMT 2
|
|||||||
TAHUN PELAJARAN 2006 / 2007
|
|||||||
NO
|
NAMA SISWA
|
ASPEK
|
RERATA
|
KET
|
|||
|
|
Pemkon
|
Penkom
|
Pemas
|
|||
1
|
AAN DWI ROHMANTO
|
65
|
35
|
40
|
46.667
|
Remidi
|
|
2
|
AHMAD SAFRUDIN HANIF
|
55
|
55
|
40
|
50
|
Remidi
|
|
3
|
ALFI KURNIASARI
|
55
|
65
|
45
|
55
|
Remidi
|
|
4
|
ARDY PRASETYA
|
65
|
85
|
55
|
68.333
|
Lulus
|
|
5
|
ARI SUTRIYANTO
|
50
|
65
|
45
|
53.333
|
Remidi
|
|
6
|
ARIS MURDIANTO
|
55
|
50
|
45
|
50
|
Remidi
|
|
7
|
AYIK INDRI HASTUTI
|
50
|
50
|
40
|
46.667
|
Remidi
|
|
8
|
BELINDA PURWITA KASIH
|
55
|
60
|
50
|
55
|
Remidi
|
|
9
|
DADANG MURTOPO
|
60
|
50
|
40
|
50
|
Remidi
|
|
10
|
DAWAM JOKO ISMAIL
|
45
|
44
|
40
|
43
|
Remidi
|
|
11
|
DEDY SETIYAWAN
|
50
|
45
|
50
|
48.333
|
Remidi
|
|
12
|
DENI BAGAS ARDIAN
|
65
|
60
|
55
|
60
|
Lulus
|
|
13
|
DESY ANDRIANI
|
70
|
45
|
50
|
55
|
Remidi
|
|
14
|
DESY KURNIYATI
|
80
|
60
|
55
|
65
|
Lulus
|
|
15
|
DEWI SUSILAWATI
|
70
|
60
|
60
|
63.333
|
Lulus
|
|
16
|
DWI HANDAYANI
|
55
|
30
|
40
|
41.667
|
Remidi
|
|
17
|
DWI RAHAYU
|
60
|
50
|
50
|
53.333
|
Remidi
|
|
18
|
HENI SETYOWATI
|
65
|
60
|
55
|
60
|
Lulus
|
|
19
|
IRANA TRIAWATI
|
50
|
60
|
50
|
53.333
|
Remidi
|
|
20
|
KRISTIN WULANDARI
|
70
|
60
|
55
|
61.667
|
Lulus
|
|
21
|
LIA SARI
|
70
|
35
|
40
|
48.333
|
Remidi
|
|
22
|
LIDYA DITA HAPSARI
|
40
|
45
|
50
|
45
|
Remidi
|
|
23
|
LISTANINGRUM
|
65
|
65
|
60
|
63.333
|
Lulus
|
|
24
|
M SALIM BUDI SETYO UTOMO
|
60
|
55
|
50
|
55
|
Remidi
|
|
25
|
WEGA PUTU MARHEINDRA
|
60
|
50
|
50
|
53.333
|
Remidi
|
|
26
|
MUHAMAD NUR SYAIDIN SYAH
|
60
|
50
|
50
|
53.333
|
Remidi
|
|
27
|
NUGROHO BUDI SANTOSO
|
55
|
50
|
40
|
48.333
|
Remidi
|
|
28
|
OKTAVIPANINGSIH
|
40
|
50
|
50
|
46.667
|
Remidi
|
|
29
|
ONGKI NURDIANSAH
|
65
|
60
|
55
|
60
|
Lulus
|
|
30
|
RONI SETIAWAN
|
35
|
40
|
40
|
38.333
|
Remidi
|
|
31
|
RUSDIANTO
|
70
|
65
|
55
|
63.333
|
Lulus
|
|
32
|
SEPTI AYUNINGTYAS
|
70
|
60
|
60
|
63.333
|
Lulus
|
|
33
|
SRI REJEKI
|
80
|
75
|
84
|
79.667
|
Lulus
|
|
34
|
SURYATI
|
70
|
60
|
68
|
66
|
Lulus
|
|
35
|
TRI HANDAYANI WAHYUNINGS
|
75
|
60
|
55
|
63.333
|
Lulus
|
|
36
|
WIDYA PUTRI SARASWATI
|
60
|
50
|
60
|
56.667
|
Remidi
|
|
37
|
WILY PRASETYA
|
65
|
60
|
55
|
60
|
Lulus
|
|
38
|
WINDU AJI
|
75
|
60
|
55
|
63.333
|
Lulus
|
|
39
|
WISNU OPRAYITNO
|
70
|
70
|
60
|
66.667
|
Lulus
|
|
40
|
YEYEN PRASETIYA
|
75
|
65
|
75
|
71.667
|
Lulus
|
|
|
Nilai
(95-100)(90-100)(85-100)
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
|
|
Nilai (80-94) (75-89)
(70-84)
|
2
|
2
|
2
|
1
|
|
|
|
Nilai (65-79) (60-74)
(55-69)
|
18
|
19
|
16
|
16
|
|
|
|
Nilai (<65) (<60) (<55)
|
20
|
19
|
22
|
23
|
|
|
|
Jumlah
|
2450
|
2214
|
2072
|
2245.3
|
|
|
|
Rerata
|
61.25
|
55.35
|
51.8
|
56.133
|
|
|
||||||||||
KELAS VII D SMT 2
|
||||||||||
TAHUN PELAJARAN 2006 / 2007
|
||||||||||
NO
|
NAMA SISWA
|
ASPEK
|
RERATA
|
KET
|
||||||
|
|
Pemkon
|
Penkom
|
Pemas
|
||||||
1
|
AAN DWI ROHMANTO
|
65
|
55
|
50
|
56.67
|
Remidi
|
||||
2
|
AHMAD SAFRUDIN HANIF
|
60
|
55
|
50
|
55
|
Remidi
|
||||
3
|
ALFI KURNIASARI
|
60
|
65
|
50
|
58.33
|
Remidi
|
||||
4
|
ARDY PRASETYA
|
65
|
85
|
50
|
66.67
|
Remidi
|
||||
5
|
ARI SUTRIYANTO
|
60
|
65
|
50
|
58.33
|
Remidi
|
||||
6
|
ARIS MURDIANTO
|
65
|
55
|
50
|
56.67
|
Remidi
|
||||
7
|
AYIK INDRI HASTUTI
|
60
|
55
|
50
|
55
|
Remidi
|
||||
8
|
BELINDA PURWITA KASIH
|
60
|
60
|
50
|
56.67
|
Remidi
|
||||
9
|
DADANG MURTOPO
|
65
|
55
|
50
|
56.67
|
Remidi
|
||||
10
|
DAWAM JOKO ISMAIL
|
65
|
55
|
50
|
56.67
|
Remidi
|
||||
11
|
DEDY SETIYAWAN
|
60
|
50
|
50
|
53.33
|
Remidi
|
||||
12
|
DENI BAGAS ARDIAN
|
65
|
60
|
55
|
60
|
Lulus
|
||||
13
|
DESY ANDRIANI
|
70
|
50
|
50
|
56.67
|
Remidi
|
||||
14
|
DESY KURNIYATI
|
80
|
60
|
55
|
65
|
Lulus
|
||||
15
|
DEWI SUSILAWATI
|
70
|
60
|
60
|
63.33
|
Lulus
|
||||
16
|
DWI HANDAYANI
|
60
|
55
|
50
|
55
|
Remidi
|
||||
17
|
DWI RAHAYU
|
60
|
55
|
50
|
55
|
Remidi
|
||||
18
|
HENI SETYOWATI
|
65
|
60
|
55
|
60
|
Lulus
|
||||
19
|
IRANA TRIAWATI
|
60
|
60
|
50
|
56.67
|
Remidi
|
||||
20
|
KRISTIN WULANDARI
|
70
|
60
|
55
|
61.67
|
Lulus
|
||||
21
|
LIA SARI
|
70
|
55
|
50
|
58.33
|
Remidi
|
||||
22
|
LIDYA DITA HAPSARI
|
60
|
55
|
50
|
55
|
Remidi
|
||||
23
|
LISTANINGRUM
|
65
|
65
|
60
|
63.33
|
Lulus
|
||||
24
|
M SALIM BUDI SETYO UTOMO
|
60
|
55
|
50
|
55
|
Remidi
|
||||
25
|
WEGA PUTU MARHEINDRA
|
60
|
55
|
50
|
55
|
Remidi
|
||||
26
|
MUHAMAD NUR SYAIDIN SYAH
|
60
|
55
|
50
|
55
|
Remidi
|
||||
27
|
NUGROHO BUDI SANTOSO
|
60
|
55
|
50
|
55
|
Remidi
|
||||
28
|
OKTAVIPANINGSIH
|
50
|
55
|
50
|
51.67
|
Remidi
|
||||
29
|
ONGKI NURDIANSAH
|
65
|
60
|
55
|
60
|
Lulus
|
||||
30
|
RONI SETIAWAN
|
60
|
55
|
50
|
55
|
Remidi
|
||||
31
|
RUSDIANTO
|
70
|
65
|
55
|
63.33
|
Lulus
|
||||
32
|
SEPTI AYUNINGTYAS
|
70
|
60
|
60
|
63.33
|
Lulus
|
||||
33
|
SRI REJEKI
|
80
|
75
|
85
|
80
|
Lulus
|
||||
34
|
SURYATI
|
70
|
60
|
68
|
66
|
Lulus
|
||||
35
|
TRI HANDAYANI WAHYUNINGSIH
|
75
|
60
|
55
|
63.33
|
Lulus
|
||||
36
|
WIDYA PUTRI SARASWATI
|
60
|
55
|
60
|
58.33
|
Remidi
|
||||
37
|
WILY PRASETYA
|
65
|
60
|
55
|
60
|
Lulus
|
||||
38
|
WINDU AJI
|
75
|
60
|
55
|
63.33
|
Lulus
|
||||
39
|
WISNU OPRAYITNO
|
70
|
70
|
60
|
66.67
|
Lulus
|
||||
40
|
YEYEN PRASETIYA
|
75
|
65
|
75
|
71.67
|
Lulus
|
||||
|
Nilai
(95-100)(90-100)(85-100)
|
0
|
0
|
1
|
0
|
|
||||
|
Nilai (80-94) (75-89)
(70-84)
|
2
|
2
|
1
|
1
|
|
||||
|
Nilai (65-79) (60-74)
(55-69)
|
21
|
19
|
15
|
16
|
|
||||
|
Nilai (<65) (<60) (<55)
|
17
|
19
|
23
|
23
|
|
||||
|
Jumlah
|
2605
|
2370
|
2173
|
2383
|
|
||||
|
Rerata Tiap Aspek
|
65.125
|
59.25
|
54.325
|
59.57
|
|
|
|||||||
KELAS VII D SMT 2
|
|||||||
TAHUN PELAJARAN 2006 / 2007
|
|||||||
NO
|
NAMA SISWA
|
ASPEK
|
RERATA
|
KET
|
|||
|
|
Pemkon
|
Penkom
|
Pemas
|
|||
1
|
AAN DWI ROHMANTO
|
70
|
75
|
55
|
66.67
|
Lulus
|
|
2
|
AHMAD SAFRUDIN HANIF
|
65
|
70
|
55
|
63.33
|
Lulus
|
|
3
|
ALFI KURNIASARI
|
65
|
75
|
55
|
65.00
|
Lulus
|
|
4
|
ARDY PRASETYA
|
75
|
85
|
60
|
73.33
|
Lulus
|
|
5
|
ARI SUTRIYANTO
|
65
|
75
|
55
|
65.00
|
Lulus
|
|
6
|
ARIS MURDIANTO
|
65
|
70
|
55
|
63.33
|
Lulus
|
|
7
|
AYIK INDRI HASTUTI
|
65
|
65
|
55
|
61.67
|
Lulus
|
|
8
|
BELINDA PURWITA KASIH
|
65
|
70
|
55
|
63.33
|
Lulus
|
|
9
|
DADANG MURTOPO
|
65
|
65
|
55
|
61.67
|
Lulus
|
|
10
|
DAWAM JOKO ISMAIL
|
65
|
65
|
55
|
61.67
|
Lulus
|
|
11
|
DEDY SETIYAWAN
|
65
|
65
|
55
|
61.67
|
Lulus
|
|
12
|
DENI BAGAS ARDIAN
|
70
|
70
|
60
|
66.67
|
Lulus
|
|
13
|
DESY ANDRIANI
|
75
|
70
|
55
|
66.67
|
Lulus
|
|
14
|
DESY KURNIYATI
|
85
|
75
|
60
|
73.33
|
Lulus
|
|
15
|
DEWI SUSILAWATI
|
65
|
70
|
65
|
66.67
|
Lulus
|
|
16
|
DWI HANDAYANI
|
65
|
70
|
55
|
63.33
|
Lulus
|
|
17
|
DWI RAHAYU
|
65
|
65
|
60
|
63.33
|
Lulus
|
|
18
|
HENI SETYOWATI
|
70
|
65
|
60
|
65.00
|
Lulus
|
|
19
|
IRANA TRIAWATI
|
65
|
65
|
60
|
63.33
|
Lulus
|
|
20
|
KRISTIN WULANDARI
|
75
|
65
|
65
|
68.33
|
Lulus
|
|
21
|
LIA SARI
|
75
|
65
|
55
|
65.00
|
Lulus
|
|
22
|
LIDYA DITA HAPSARI
|
65
|
65
|
55
|
61.67
|
Lulus
|
|
23
|
LISTANINGRUM
|
70
|
75
|
65
|
70.00
|
Lulus
|
|
24
|
M SALIM BUDI SETYO UTOMO
|
65
|
65
|
55
|
61.67
|
Lulus
|
|
25
|
WEGA PUTU MARHEINDRA
|
65
|
65
|
55
|
61.67
|
Lulus
|
|
26
|
MUHAMAD NUR SYAIDIN SYAH
|
65
|
65
|
55
|
61.67
|
Lulus
|
|
27
|
NUGROHO BUDI SANTOSO
|
65
|
65
|
55
|
61.67
|
Lulus
|
|
28
|
OKTAVIPANINGSIH
|
65
|
55
|
60
|
60.00
|
Remidi
|
|
29
|
ONGKI NURDIANSAH
|
70
|
65
|
65
|
66.67
|
Lulus
|
|
30
|
RONI SETIAWAN
|
65
|
50
|
50
|
55.00
|
Remidi
|
|
31
|
RUSDIANTO
|
75
|
65
|
60
|
66.67
|
Lulus
|
|
32
|
SEPTI AYUNINGTYAS
|
75
|
75
|
65
|
71.67
|
Lulus
|
|
33
|
SRI REJEKI
|
85
|
80
|
85
|
83.33
|
Lulus
|
|
34
|
SURYATI
|
75
|
75
|
75
|
75.00
|
Lulus
|
|
35
|
TRI HANDAYANI WAHYUNINGS
|
80
|
80
|
75
|
78.33
|
Lulus
|
|
36
|
WIDYA PUTRI SARASWATI
|
65
|
65
|
65
|
65.00
|
Lulus
|
|
37
|
WILY PRASETYA
|
70
|
70
|
60
|
66.67
|
Lulus
|
|
38
|
WINDU AJI
|
85
|
85
|
70
|
80.00
|
Lulus
|
|
39
|
WISNU OPRAYITNO
|
75
|
75
|
65
|
71.67
|
Lulus
|
|
40
|
YEYEN PRASETIYA
|
95
|
90
|
90
|
91.67
|
Lulus
|
|
|
Nilai
(95-100)(90-100)(85-100)
|
1
|
1
|
2
|
1
|
|
|
|
Nilai (80-94) (75-89)
(70-84)
|
4
|
12
|
3
|
4
|
|
|
|
Nilai (65-79) (60-74)
(55-69)
|
35
|
25
|
35
|
34
|
|
|
|
Nilai (<65) (<60) (<55)
|
0
|
2
|
1
|
1
|
|
|
|
Jumlah
|
2815
|
2790
|
2430
|
2678.3
|
|
|
|
Rerata Tiap Aspek
|
70.4
|
69.75
|
60.75
|
66.958
|
38
|